IdeHebat : Puluhan Juta datang dari membungkus
makanan.
Bisnis saat ini sangat berkembang
sangat pesat, terbukti dengan banyaknya bidang usaha yang berkembang baik di
bidang otomotif, busana, gaya hidup bahkan makanan. Bisnis pada dasarnya memang
sangat menggiurkan terlebih lagi dengan iming-iming pendapatan tertentu. Namun
yang perlu di ingat adalah ketika kita akan terjun pada dunia bisnis tertentu
perlunya kita mengamati peluang, peluang
yang dimaksudkan adalah kemungkinan terjun di bidang usaha tersebut, hal ini
perlu untuk dilakukan agar pada praktik bisnisnya tidak mendapatkan tekanan
yang begitu berat. Sebab tekanan ini akan muncul ketika kita terjun di bidang
usaha yang sudah ada pendahulunya dan namanya jauh lebih beken dari usaha yang
kita rintis.
Pada kesempatan kali ini saya akan berbagi
mengenai peluang/prospek bisnis dari membungkus makanan, kegiatan membungkus
makanan ini bukan berarti bekerja pada suatu perusahan, namun mengerjakan
sendiri untuk keuntungan sendiri. Ide usaha ini muncul ketika saya
berjalan-jalan ketempat wisata, dimana pada saat itu saya menemukan sebuah
makanan local yang rasanya jauh lebih enak dari makanan yang saya beli di
took-toko pada umumnya.
Dari
situ muncul gagasan dari otak saya untuk membeli dalam jumlah yang banyak dan
kemudian menjualnya kembali, namun sebelum saya memutuskan pembelian dalam
jumlah yang banyak saya mencoba untuk melakukan observasi terlebih dahulu.
Obervasi
yang saya lakukan adalah membandingkan harga makanan yang berbungkus dan tidak
berbungkus, ketika kita belanja di supermarket atau minimarket kita sering
melihat makanan ringan seperti keripik tela, kacang telor dll, dimana harga
kisaran harga dari makanan tersebut adalah antara Rp.6.000:- sampai Rp.9.500:-,/ 90gram+/- padahal ketika saya membeli
keripik di tempat pembuat keripik harganya hanya sekitar Rp.4.000/kg, harga
tersebut hanya tanpa bungkus dan tanpa lebel, secara umum untuk rasa dan
kualitas sama. Observasi saya tidak berhenti di situ, ketika saya berkunjung di
Gunungkidul saya mencoba mencicipi makanan khas Gunungkidul yaitu Thiwul,
Thiwul gunungkidul yang saya pusat oleh-oleh gunungkidul hargnya
Rp.10.000/bungkus beratnya sekitar 200gram, sedangkan ketika saya membeli
Thiwul Gunungkidul yang berada di pasar arjosari gunungkidul harganya
Rp.7.000/porsi beratnya sekitar 800gram + sambel dan lauknya. Hanya saja Thiwul
gunungkidul yang ada di pasar arjosari disajikan secara langsung tanpa ada
bungkus, untuk masalah rasa, jauh lebih nikmat yang berada di pasar arjosari.
Asumsi saya untuk membuat produk
Thiwul Gunungkidul adalah harga ketela per-kg adalah Rp.700 sedangkan per-Kg
ketela dapat digunakan untuk membuat +/- 800kg, untuk membuat sablon+bungkus
snak adalah Rp.300/biji dan untuk memasak ketela per-kg dibutuhkan uang gas
sebsar Rp.1.500/kg ketela. Maka total biaya yang di keluarkan untuk membuat 4
bungkus Thiwul Gunungkidul adalah Rp.5500/200gram, sedangkan jika di jual per
bungkus adalah Rp.7.000 maka dapat di pastikan kita untung sebesar Rp.22.500
setiap 4 bungkus Thiwul yang terjual.
Observasi
saya masih berlangsung di beberapa tempat, namun setiap tempat yang saya
datangi mempunyai hasilnya sama, yaitu makanan yang menggunakan bungkus
tradisional (piring, daun atau yang lainnya) harganya lebih murah daripada
makanan yang sudah dibungkus secara modern. Satu hal yang menjadi kata kunci,
bungkus moderen bukanlah bungkus yang mahal, namun bungkus yang moderen adalah
bungkus yang mempunyai design menarik, atraktif dan mencerminkan isi dari
bungkus tersebut.
Hasil
observasi saya dapat disimpulkan bahwa makanan yang mempunyai bungkus yang
moderen/menarik jauh lebih laku daripada makanan tanpa bungkus, dan dari hasil
observasi tersebut saya melanjutkan observasi saya pada bidang pengadaan
bungkus dan design, design hampir pasti tidak mengelurkan biaya besar sebab
banyak sekali design dari internet yang dapat diunduh secara gratis, tinggal
kita memodifikasi sendiri. Sedangkan untuk membuat bungkus + sablon bungkusnya
harganya tergantung jenis bungkus yang digunakan, apabila plastik maka harganya
sekitar Rp.300/lembar, sedangkan apabila kertas harganya sekitar Rp.600/lembar.
Sedangkan untuk membuat ijin usaha rumahan hanya bermodalkan bensin menuju
kantor perijinan usaha.
Maka
biaya yang dikeluarkan untuk sekali operasi adalah Rp.1.700.000/1000 bungkus
keripik pisang dimana masing-masing keripik beratnya 180gram, murah bukan? Dan
keuntungannya pun dapat di perkirakan sendiri. Nah apabila saudar berminat
untuk terjun di bidang usaha ini, peluang masih terbuka lebar, selain minim
pesaing saudara juga bisa memanfaatkan orang-orang disekitar saudara untuk
diajak bekerjasama. Namun yang paling penting adalah memulai usaha harus
melihat peluang,resiko dan kemungkinan berhasil, agar pepatah jawa tidah keluar
“Ojo gebyah Uyah” yang artinya asal-asalan.
Oke
terimakasih udah dibaca semoga bermanfaat dan salam sukses untuk pengusaha muda
Indonesia J
J
J
J
J
J